Rabu, 26 Juni 2013

SKETSA RINDU



Kau tak pernah sekedar sketsa.
Bagiku, goresan tentangmu selalu utuh. Hanya sedikit waktu yang ku perlu untuk mengingatmu.
Sisanya, sebagian besar umurku habis untuk gagal melupakanmu.

Kau tak punya senggang, aku tak miliki waktu luang, yang ada cuma hati lapang.
Aku habiskan sepanjang hari untuk bersiap melupakanmu, sepanjang malam.

Ketika malam tiba, mengapa bukan pelita? Mengapa pelukmu yang bikin aku menyala?
Masih hangat pelukmu kurasa, ketika dingin malam menerpa.

Bila tak bisa mengerti, cobalah tidak mengerti. Begitulah aku terhadapmu.
Kita masih akan sepasang remaja kelak di ufuk umur yang menua, merah bata.
Ini bukanlah kata-kata yang kurangkai, tapi peristiwa-peristiwa yang kita bingkai.

Berkawan sunyi kulawan sepi, sendiri.
Siapa saja boleh mengutip kata-kata rindu, toh mereka tetap harus mencantumkan kau dan aku.
 
Yang kumau buka peredam, bukan pula peredam.
Rindu bukan lah soal dendam, tak jua melulu cinta.
 Rindu tak mengenal lelah, meski cinta tak pernah pasrah.

Aku tidak sedang bermimpi, sejak kau bukanlah imaji.
Sebenarnya bukan kau yang berbahaya, tapi cintaku yang menggila.

Jika kau sudah selesai, aku hanya ingin dibelai.


Cinta selalu butuh bahan tertawaan, agar buku harian tak penuh tangisan.

Tengkyu kampret

2 komentar:

  1. Dan aku...hanya bisa tersenyum geli..IQku mungkin IQ melati..yang tak bisa bedakan antara galau dan romantis...Al-Mo

    BalasHapus